PERNAHKAH terlintas di benak Anda, mengapa kebanyakan buku resep menganjurkan untuk memanggang makanan di suhu 176 derajat celcius atau 350 derajat fahrenheit? Setelah ditelusuri, ternyata ada alasan ilmiah di balik angka tersebut.
Para ahli makanan memang tidak sembarangan dalam memilih temperatur yang tepat untuk memanggang. Hal ini berkaitan erat dengan reaksi Mailard yang ditemukan oleh Lusi Camille Mailard, seorang ahli Kimia asal Prancis.
Menurut buku Royal Society of Chemesty, "Tanpa reaksi kimia Mailard, warna cokelat keemasan pada roti atau kalkun panggang tidak akan terjadi. Cake dan pastry juga akan terlihat pucat karena warnanya tidak cokelat," sebagaimana dilansir dari Delish, Sabtu (7/10/2017).
Beberapa dekade lalu, oven bahkan tidak memiliki fitur pengatur temperature yang tepat berdasarkan angka. Karena itu, setiap resep hanya menyarankan untuk menggunakan suhu panas yang rendah, sedang, atau tinggi. Setelah ditelusuri, angka 350 derajat fahrenheit merupakan temperature panas yang sedang. Tak heran jika orang Indonesia kerap menggunakan suhu 180 derajat celcius saat memanggang makanan.
Kendati demikian, ternyata tidak semua makanan dapat dipanggang dengan suhu tersebut. Beberapa makanan seperti roti harus di panggang suhu yang tinggi untuk mendapatkan tekstur yang sempurna. Sedangkan untuk memanggang daging ayam beserta kulitnya memang dipanggang dengan suhu yang cenderung rendah.
Setelah membaca artikel ini, setidaknya Anda sudah memiliki gambaran mengapa beberapa resep makanan harus dipanggang dengan suhu tertentu. Mulai dari sekarang teliti lah sebelum mengolah makanan.
(hel)
http://ift.tt/2yvtE9X